DENPASAR – Sekretaris Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto menyampaikan tiga pantun saat menerima dukungan dari Forum Alumni Angkatan Muda Muhammadiyah Bali, di Renon, Denpasar, Sabtu (4/11/2023).
Pantun itu menyinggung soal sikap pemerintah yang mencopot baliho Ganjar-Mahfud, pihak yang melukai kasih Ibu Pertiwi, hingga Prabowo Subianto.
“Kami berempat, PDIP, PPP, Perindo dan Hanura bersama relawan menyadari bahwa Pak Ganjar dan Prof Mahfud MD memenuhi kriteria-kriteria sebagai seorang pemimpin yang baik, yang berkarakter, yang punya pengalaman lengkap, yang mulai keberhasilan dari keluarga, yang punya visi masa depan, yang jujur, yang berani ambil risiko ketika berhadapan dengan hal-hal yang pahit terhadap bangsa dan negara. Karena itu pada kesempatan ini kami persembahkan juga suatu pantun yang mencerminkan suasana hati kami,” sebutnya.
“Pertama. Pulau Bali Pulau Dewata. Masyarakatnya ramah terbuka pada siapa saja. Namun ada yang tega merusak suasana. Melepas baliho dan bendera sebagai cermin ketidakadilan nyata,” kata Hasto disambut tepuk tangan para hadirin di Renon, Denpasar, Sabtu (4/11/2023).
“Pantun kedua, Bali bumi spiritual terkenal di dunia. Masyarakatnya relijius dengan kultur khas Indonesia. Di sini berlaku hukum karmapala. Bagi siapa pun yang cederai kasih Ibu Pertiwi demi perpanjangan kuasa,” tambah Hasto.
“Pak Prabowo punya jurus menggoda. Bujuk rayunya pindahkan dukungan satu keluarga. Di sini kita memantapkan jiwa raga. Dukung Ganjar-Mahfud MD dengan semangat menyala-nyala,” ucap Hasto membacakan pantun ketiganya.
Menurut Hasto, tiga pantun ini merupakan suasana hati dirinya dan akar rumput yang ditemuinya di Bali. Hasto mengatakan harus menyampaikan hal ini karena memang di Bali ini juga menjadi ruang ekspresi untuk menyampaikan kejujuran nurani.
“Di Bali ini suasana hati menjadi terbuka. Di Bali ini keseimbangan alam raya dijaga dengan baik dengan semangat Trihita Karana. Bagaimana kebahagiaan manusia muncul? Ketika kita jaga keseimbangan dengan Sang Pencipta dengan seluruh alam raya dan seisi alam semesta,” kata Hasto.
Dalam politik pun sama. Hasto mengatakan berpolitik jangan pernah meninggalkan rakyat. Hasto mencontohkan Ganjar dan Mahfud yang dalam berpolitik mengikuti seluruh jalan spiritualitas itu.
“Kemarin datang ke Makam Bung Karno mendoakan Bapak Bangsa kita, Bapak Proklamator kita, tetapi juga sekaligus membangun tekad komitmen di hadapan Bung Karno dan seluruh pahlawan Indonesia untuk menjadikan kekuasaan sebagai dedikasi, rakyat sebagai sebagai sumber inspirasi,” kata Hasto.
Hasto juga mengungkapkan kedatangannya ke Bali ini salah satunya melakukan evaluasi terhadap kerja Kapal Terapung RS Malahayati. Dia menilai kapal tersebut sebagai bentuk politik bukanlah menggunakan kekuasaan dengan tujuan-tujuan sempit.
“Bahwa kekuasaan itu hanya akan berarti apabila benar-benar ditujukan bagi mereka yang diperlakukan tidak adil. Bagi mereka yang miskin, bagi mereka yang terpinggirkan, suara merekalah yang harus kita dengarkan. Karena itu kami mohon doa restunya, dengan dukungan dari Angkatan Muda Muhammadiyah ini,” kata Hasto.
Hasto mengatakan ada kesamaan rekam jejak sejarah antara Muhammadiyan dengan PDIP. Muhammadiyah berdiri pada 1912, kemudian diikuti NU 1926, dan PNI sebagai akar PDI pada 1927. Mantan anggota DPR RI menilai semuanya memiliki rekam akar perjuangan bangsa ini.
“Maka dari Bali bumi spritual ini mari kita kembalikan watak politik yang sejati. Kita kembalikan seluruh moral dalam kehidupan kita baik bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang menggunakan juga nilai-nilai agama untuk mengedepankan melakukan agar hal-hal yang baik dikedepankan, hal-hal yang buruk ditinggalkan. Semangat amar makruf nahi mungkar,” lanjut Hasto.
Dia menegaskan hal itu menjadi spirit dan keterbukaan PDIP serta paslon Ganjar-Mahfud.
“Dari Bali ini menjadi saksi bahwa di tempat ini sebagai bumi kedamaian. Karena itulah ambisi kekuasaan dan ketidakadilan tidak boleh dilakukan. Di tempat ini seluruh napas kehidupan itu menyatu dengan apa yang dikehendaki Sang Pencipta dan membawa kebahagiaan bagi semua,” tandas Hasto.