Foto : Dr (c) Nujumudin, Ist
Jakarta|LIRATV – Sangat terkesan setiap tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh Internasional/ ‘May Day’ dan Pemerintah Indonesia menetapkan sebagai hari libur nasional. Hal tersebut merupakan penghargaan pemerintah terhadap para buruh di tanah air.
“Tapi secara lingkungan, mengapa para buruh suka dengan dijadikannya hari buruh menjadi libur nasional? Saya menjadi heran, karena mereka ini selalu mewarnai hari buruh untuk berdemonstrasi ke kantor pemerintah dan menuntut kebijakan pada kantor yang dimana para pejabat negara sedang berlibur dan di kantor kosong, Saya heran saja,” dijelaskan Dr.(c) Nujumudin melalui pesan tertulis yang disampaikan ke pihak redaksi, senin (1/05/2023).
Dia juga menganjurkan agar para buruh lebih baik melakukan apel upacara bendera serta mengheningkan cipta, berdoa agar nasib buruh pada waktu yang akan datang bisa menjadi lebih baik daripada sekarang.
Pria kelahiran NTB ini yang kerap disapa Tuan Guru Nujumuddin menyarankan juga agar para buruh menggelar kegiatan ritual yang baik pada hari libur nasional, seperti hal nya hari libur nasional lainnya.
“Sebagaimana memperingati hari kemerdekaan, hari proklamasi, hari raya agama-agama, hari pendidikan, hari kesaktian Pancasila, hari sumpah pemuda, Hari pahlawan 10 November dan seterusnya yang mana selalu melakukan doa, mengheningkan cipta terhadap para pendahulunya secara ritual. Saya mengharapkan pemerintah ambil langkah juga untuk memonitoring dan evaluasi visi dan misi para aktivis buruh ini kedepan agar jangan menjadi kebablasan,” pungkasnya lagi.
Semoga pada tahun yang akan datang para buruh Indonesia melakukan acara ritual paling tidak melakukan upacara bendera, mengheningkan cipta pada para pahlawan perjuangan dan pahlawan kemerdekaan setelah itu baru melakukan aksi secara damai dan sejuk.
“Suarakan Aspirasi dengan kedamaian dan kesejukan itu akan lebih barokah daripada mengedepankan teriakan emosi. Saya yakin semua agama dan budaya yang menganjurkan kalau mau berbuat sesuatu mestinya yang beradab sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Selain itu, dia juga menyikapi terkait pernyataan Menkomarimvest, Luhut B. Pandjaitan tentang kedatangan iklim El Nino di tanah air sekitar bulan agustus yang dianggap Indonesia akan mengalami kekeringan yang hebat dan berpotensi banyak kebakaran hutan.
“Pernyataan ini menurut saya meresahkan masyarakat. Secara lingkungan dan berdasarkan klimatologi, sebaiknya bapak Luhut Pandjaitan banyak-banyak berdiskusi dengan para pakar lingkungan tentang iklim El Nino itu setelah itu baru keluarkan pernyataan,” pungkasnya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia berada di antara dua samudera yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik yang merupakan radiator pendingin membawa hawa tropis yang setengah tahun basah dan setangah tahun iklim kering yang tidak ekstrim.
“Saya mengharapkan masyarakat agar harap tenang dan tetap beraktivitas sebagaimana biasanya. Apakah Iklim La Nina berhenti lalu diganti dengan iklim El Nino begitu saja. Jangan tergerus dengan statmen bapak menteri Luhut itu. Karena pak Luhut dapat dikatakan pakar ilmu strategi perang bukan pakar lingkungan,” tandasnya.(Bar)