Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia: Polarisasi itu Rahmat, Jangan Dipertentangkan untuk Memecah-belah Bangsa
Jakarta, 19 Maret 2023 –
Bahlil Lahadalia (Menteri Investasi & Kepala BPKM) hadir sebagai narasumber di acara Presscon Rilis Survei Nasional “Polarisasi Politik Di Indonesia : Mitos atau Fakta ?” di Hotel Bidakara Jakarta pada hari Minggu, 19 Maret 2023.
Dalam acara rilis survei nasional yang diadakan oleh Labotarium Psikologi Politik Universitas Indonesia, Bahlil Lahadia memberikan kata sambutan maupun keterangan pers bahwa: Ada tiga faktor induk atau penyebab kemungkinan munculnya polarisasi.
Pertama, ungkap Bahlil yaitu negara Indonesia memiliki suku yang banyak dari Aceh hingga Papua. Kemudian memiliki agama yang beragam yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.
“Mengingat kita berbeda-beda suku, berbeda-beda agama, keyakinan juga dengan apa yang diyakini dalam ajaran agamanya, ini saja sudah berpotensi menjadi polarisasi ,” pungkas Bahlil.
Kedua, Tegas Bahlil, ada juga secara wilayah yang bermacam-macam. Hal itu juga menjadi potensi terjadinya polarisasi.
Dan ketiga, potensi yang besar juga yaitu terkait ekonomi ada kelas atas dan bawah.
“Mungkin ini faktor induk dari munculah akhirnya polarisasi. Sekarang kita berbicara negara kita negara politik dan menjurus kepada momentum politik dan faktanya memang demikian,” kata Bahlil.
Tambah Bahlil, “Tentang permasalahan ekonomi ada yang kelas atas, ada yang kelas bawah, mungkin ini faktor induk daripada munculnya polarisasi. Karena negara kita adalah negara politik pasti akan menjurus kepada momentum politik dan faktanya memang demikian (Dan polarisasi terbesar itu ketika gubernur DKI diawal). Tadi yang disampaikan narsumber lainnya tentang demonisasi dan sampai ada tagline kalau tidak memilih calon A atau memilih calon B yang tidak seakidah bila meninggal tidak disholatkan bahkan tidak dimandikan.
Menurut saya, didalam Islam perbedaan itu rahmat tetapi yang menjadi tidak rahmat itu adalah ketika perbedaan itu dipertentangkan pada satu ruang yang memecah belah bangsa. Polarisasi itu Rahmat, Harus Dikelola Menjadi Sinergi dan Energi untuk Membangun Bangsa
Menurut saya tidak lagi menjadi rahmatan alamin kaitannya dengan politik, memang semua orang tahu berkuasa itu instrumennya politik termasuk berkuasa ekonomi dikaitkan dengan persoalan polarisasi tentang investasi dan asing aseng karena orang berpandangan bahwa semua apa yang didapatkan oleh poros politik dengan kekuasaan itu juga kita bisa mengintervensi terkait dengan investasi.
Asing aseng ini pasti keadaan investasinya tidak mungkin dipungkiri, sekalipun mungkin asing aseng ini sebelum kita lahir sudah ada diera nenek moyang kita. Kalau kita bicara tentang kultur bangsa Indonesia ada juga campuran, campuran Cina, campuran Arab, campuran Belanda (secara kultur memang sudah ada).
Sekarang dalam tata kelola pemerintahan yang saya tahu, sejak saya masuk jadi anggota kabinet kita tidak pernah membuka ruang yang prioritas terhadap suatu warga negara tertentu, ini tidak benar.
Mungkin asing aseng ini mencuat ketika menyangkut tentang kerja, yang kedua persepsi kita seolah-olah bahwa investasi ini asing semua. Agar itu terkonfirmasi adalah investasi kita dari total 1207 triliun ditahun 2022 minus hulu migas , sektor keuangan dan umkm itu 54 persen adalah investasi asing ( foreign direct investment) PMA. Dari hampir 54 persen tersebut negara yang paling besar yang paling banyak masuk adalah Singapura sekitar 13 milyar dollar (itupun bukan semuanya uang orang Singapur tapi sebagian uang orang Indonesia yang ada di Singapura).
Jadi investasi kita yang masuk 1207 triliun itu adalah 54 persen PMA, dan 46 persen PMDN. Kalau digabung atau dikompare kebawah yang sebagian asing dari Singapura itu sebagian masuk ke Indonesia maka PMDN kita lebih besar daripada PMA.
Organisasi politik di Indonesia mitos atau fakta, hasil temuannya menunjukkan bahwa itu bukan mitos tetapi fakta 57% dan 43% yang membuat saya kaget adalah didalam temuan survei ini juga termasuk dengan isu asing dan aseng yang kaitannya dengan Kementerian Investasi. (Tadi saya sudah jelaskan secara gamblang bahwa 54% investasi PMA dan 46% PMDM). Negara ini kalau mau baik dan maju ekonominya dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan kita membutuhkan investasi asing, tapi investasi yang berkeadilan. Kalo perlu yang ada win win untuk lapangan pekerjaan didalam negeri hingga negara kita bisa mendapatkan surplus.
Tadi saya katakan, bahwa polarisasi memberikan dampak pada stabilitas politik yang kurang stabil. Saya menyarankan bahwa pemilu yang sudah diagendakan di tahun 2024, agar stabilitas politiknya bisa sebagai syarat mutlak untuk pertumbuhan investasi bisa tercapai. Tadi saya sampaikan juga bahwa perbedaan itu adalah rahmat di dalam Islam. Dan kebetulan saya dari Papua, khususnya di kampung saya yang di Fak-Fak, itu dalam satu keluarga ada Katolik, ada Protestan, ada Islam itu biasa-biasa saja bahkan di rumah saya disampingnya itu ada Gereja dan perbedaan ini harus kita hargai karena itu sudah ada sejak kita lahir tinggal kita bagaimana memanagenya yang sejak lahir tidak perlu kita mengolok satu sama lainnya.
Perbedaan ini tidak hanya pada kultur tapi juga dalam ekonomi. (Islam adalah mayoritas tapi ekonominya tidak sebaik ekonomi agama atau etnis lainnya karena kita tetap harus kompak memajukan ekonomi bangsa kita tanpa mengenal apapun RAS nya). Oleh karena itu yang kita butuhkan sinergitas yang baik dan produktif untuk bangsa kita. Kita harus dewasa dan pintar-pintar bahkan mana yang boleh kita mengomentari secara spesifik dan mana yang tidak boleh. Kita cinta Republik Indonesia,” tutupnya.