Jakarta, LIRATV.ID — Angin perubahan mulai terasa. Dinasti politik Presiden Joko Widodo dan lingkaran kekuasaannya—yang selama ini dikenal sebagai “Genk Solo”—tampak mulai kehilangan tajinya. Sejumlah manuver politik terbaru menunjukkan gejala kuat bahwa era mereka perlahan memasuki babak akhir.
Pemberian abolisi kepada Thomas Lembong dan amnesti kepada Hasto Kristiyanto oleh Presiden Prabowo Subianto bukan hanya keputusan hukum biasa, tetapi telah menjadi tsunami politik yang menggetarkan fondasi kekuasaan lama. Dinasti Jokowi dan jejaring loyalisnya semakin terpojok dalam pusaran pergeseran kekuasaan.
Kemenangan Dialektika dan Aktivisme Rakyat
Dialektika yang konsisten dibangun oleh kawan-kawan aktivis lintas jaringan selama ini mulai membuahkan hasil. Suara-suara keberanian yang muncul tanpa memedulikan risiko pribadi telah menciptakan tekanan moral dan politik yang signifikan, bahkan menggoyahkan stabilitas kubu kekuasaan.
Bergabungnya kembali Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan dalam orbit kekuasaan Prabowo menjadi simbol kuat: gong kematian bagi Genk Solo. Ini sekaligus menandai titik awal dari rekonsolidasi kekuatan nasional yang lebih luas—di luar kendali istana lama.
Penegakan Hukum Mulai Bergerak
Di tengah gemuruh peristiwa ini, perhatian juga tertuju pada perkembangan kasus hukum yang menyentuh nama-nama besar. Salah satunya adalah eksekusi yang tengah dipersiapkan oleh Kejaksaan terhadap Silvester Matutina, mantan bos relawan Jokowi yang telah terbukti secara hukum menghina tokoh nasional Jusuf Kalla sejak 2019. Bila tak menyerahkan diri, penangkapan paksa dikabarkan akan segera dilakukan.
Reshuffle Kabinet: Antara Spekulasi dan Realitas Politik
Isu reshuffle kabinet pun tak terhindarkan. Kabar yang beredar kuat meskipun telah dibantah oleh Mensesneg Prasetyo Hadi menyebutkan bahwa Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri sekaligus salah satu orang kepercayaan Jokowi, akan digantikan oleh Ahmad Muzani, Ketua MPR RI. Jika ini benar terjadi, maka akan menjadi langkah awal dari perombakan kabinet secara bertahap untuk membersihkan sisa-sisa pengaruh politik lama.

Langkah ini dinilai sebagai bagian dari deal politik strategis antara Presiden Prabowo dan Megawati, salah satunya untuk menjamin dukungan penuh PDI Perjuangan terhadap kabinet Prabowo Subianto ke depan.
Efek Domino: Bola Salju Politik Mulai Menggulung
Pemberian abolisi dan amnesti terbukti bukan hanya soal hukum dan rekonsiliasi, melainkan menjadi bola salju politik yang sewaktu-waktu bisa menggulung dan menghantam pusat kekuasaan lama. Euforia publik terhadap kebijakan ini terlihat jelas, bahkan menjadi energi baru bagi para aktivis yang selama ini memperjuangkan penuntasan isu-isu seperti dugaan ijazah palsu Jokowi oleh TPUA & Roy Suryo Cs., hingga upaya pemakzulan Gibran Rakabuming oleh kelompok purnawirawan TNI.
Tak pelak, semangat perjuangan kian membara.
Tri Tuntutan Rakyat (TriTura) Gema Zaman Baru
Gerakan rakyat kini menuntut lebih dari sekadar perubahan simbolik. Dalam semangat wind of change yang disebut Rocky Gerung, arah angin kini mengarah pada tuntutan substansial yang semakin menggema, yakni:
1. Adili Jokowi
2. Ganti Wapres Gibran
3. Reshuffle Kabinet secara menyeluruh
Tiga tuntutan ini sejalan dengan agenda TriTura yang selama ini didengungkan oleh PRRI bersama jaringan aktivis pro-demokrasi lainnya.(Red/Bar)
GoWes!
Gerakan Optimis Wujudkan Evaluasi Sistemik.
Perubahan bukan mimpiia sedang terjadi.