JAKARTA, LIRATV.ID – R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, merasa terpanggil untuk menyampaikan pandangan jujur dan berimbang tentang tokoh-tokoh bangsa yang patut dicontoh, bukan hanya oleh rakyat Indonesia, tetapi juga oleh dunia.
Di tengah dunia yang dipenuhi ketegangan geopolitik, krisis moral, dan ledakan populisme, Indonesia sesungguhnya memiliki satu figur negarawan yang tidak mencari panggung, tidak mempermainkan opini, tetapi hadir dengan kesungguhan, kejernihan, dan rasa tanggung jawab tinggi terhadap masa depan bangsa. Sosok itu adalah Sufmi Dasco Ahmad.
Kesejukan yang Menghidupkan Harapan.
Sebagai Wakil Ketua DPR RI dan Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menempati posisi yang strategis sekaligus kompleks. Ia bukan hanya bertanggung jawab menjaga kesolidan partai pemenang pemilu, tetapi juga menjadi salah satu figur penting dalam menjembatani kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Namun di balik posisi tersebut, Haidar Alwi menilai bahwa yang paling penting justru adalah karakter dan pendekatan yang Dasco bawa ke dalam politik nasional: sejuk, sabar, dan sistematis.
Dalam banyak isu penting, Dasco tampil tidak meledak-ledak, tidak terbawa arus media sosial, dan tidak tergoda untuk menggunakan bahasa provokatif.
Ketika polemik empat pulau antara Aceh dan Sumatera Utara menjadi bahan bakar sektarianisme di media lokal, Dasco tidak menyulut emosi, tetapi justru mengarahkan penyelesaian melalui dialog, konstitusi, dan penguatan integrasi nasional.
“Ia tidak menonjolkan ego fraksi, tetapi mendorong semangat kebangsaan.”
Gaya kepemimpinannya, menurut Haidar Alwi, menjadi kontras sekaligus harapan. Ia menunjukkan bahwa politik tidak harus bising untuk efektif, dan tidak harus keras untuk dianggap kuat. Justru dalam ketenangan itu terletak kekuatan sejati: meredam, menjembatani, menyatukan.
Hadir dalam Momentum Penting Bangsa.
Haidar Alwi juga mencermati bahwa Sufmi Dasco Ahmad bukan tipe pemimpin yang hanya muncul saat sorotan besar.
Justru ia konsisten hadir dalam berbagai momen penting kebangsaan, tidak hanya sebagai simbol, tetapi juga sebagai penggerak moral. Pada Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025, Dasco mengingatkan publik bahwa Pancasila bukan hanya hafalan seremonial, tetapi harus dijalankan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama oleh para pejabat negara.
Pernyataan itu, meski disampaikan singkat melalui kanal resminya, sangat bermakna. Ia menolak menjadikan hari besar hanya sebagai formalitas, dan justru mendorong internalisasi nilai luhur bangsa.
Pada Hari Buruh Internasional, Dasco juga hadir dalam audiensi dengan serikat pekerja, mendengarkan keluhan dan memberi harapan agar legislasi berpihak pada keadilan industri.

Sementara dalam momentum Hari Pahlawan, ia menyerukan semangat patriotisme yang bersih dari sekadar retorika kosong.
Bahkan dalam kasus kemanusiaan yang melibatkan WNI di Myanmar, Dasco menjadi salah satu pimpinan DPR yang mendorong agar pemerintah mempertimbangkan langkah operasi militer non-perang demi menyelamatkan warga negara.
Ini menandakan bahwa Dasco memahami betul bahwa kebangsaan bukan hanya wacana dalam negeri, tapi tanggung jawab global terhadap warga dan kehormatan negara.
Strategi Diam yang Menguatkan Kepemimpinan Nasional.
Haidar Alwi juga menyoroti bahwa dalam struktur kekuasaan sekarang, Dasco menjadi figur strategis yang tidak bisa diremehkan.
Sebagai Ketua Harian Gerindra dan orang kepercayaan Presiden Prabowo Subianto, ia memainkan peran penting dalam menjaga harmoni antara kekuatan politik partai dan visi besar negara. Ia memastikan partai tetap solid, DPR tetap konstruktif, dan kebijakan nasional berjalan dalam rel konstitusi.
Sikapnya terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi, terhadap calon duta besar, terhadap pengawasan haji, hingga terhadap penulisan ulang sejarah nasional, semuanya dilakukan dengan pendekatan yang tidak frontal, tetapi penuh kalkulasi.
Ini mencerminkan gaya politik yang matang dan tidak reaktif. Ia tidak terpancing popularitas jangka pendek, tetapi memilih peran strategis jangka panjang: menjaga agar sistem tetap stabil dan rakyat tidak menjadi korban turbulensi politik.
Dalam catatan Haidar Alwi, inilah definisi pemimpin negarawan: bukan hanya hadir saat menang, tetapi bertanggung jawab penuh ketika menghadapi krisis. Bukan hanya mendampingi Presiden Prabowo secara simbolik, tetapi benar-benar menopang jalannya pemerintahan dari sisi parlemen dan struktur internal partai.
Figur yang Dibutuhkan Dunia, Bukan Hanya Indonesia.
Ketika dunia makin dipenuhi oleh pemimpin yang keras kepala, ultranasionalis, atau populis berisik, tokoh seperti Dasco menjadi pengecualian penting. Dalam pandangan Haidar Alwi, Dasco adalah tipe pemimpin yang bisa diajak bicara, bisa diajak berpikir jernih, dan bisa diajak membangun negara dengan akal sehat. Dan justru tokoh seperti inilah yang paling dibutuhkan untuk menjaga peradaban di tengah badai ketidakpastian global.
Indonesia butuh figur sepertinya untuk menata ulang wajah politik. Generasi muda perlu tahu bahwa ada jalan lain dalam berpolitik: bukan sekadar menyerang lawan, tetapi membangun kepercayaan publik. Bukan sekadar tampil di layar kaca, tetapi hadir menyelesaikan konflik dengan tenang.
Karena itulah, Haidar Alwi menyatakan bahwa peran Sufmi Dasco Ahmad harus terus diperkuat dan dicontoh. Bukan karena dia sempurna, tetapi karena ia konsisten menjaga apa yang disebut “hikmah dalam kekuasaan”. Sesuatu yang langka, sekaligus sangat dibutuhkan bangsa ini.