JAKARTA, LIRATV.ID – R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menilai bahwa dalam politik nasional yang kerap dipenuhi narasi populis dan simbolisme panggung, ada satu figur yang justru bergerak dalam diam namun menentukan: Sufmi Dasco Ahmad.
Menurut Haidar Alwi, publik Indonesia perlu lebih peka terhadap peran mereka yang tidak bersuara nyaring namun bekerja di balik layar untuk memastikan mesin demokrasi tetap berjalan. Dasco bukan sekadar kader senior Partai Gerindra atau Wakil Ketua DPR, tetapi juga seorang operator politik yang piawai membaca peta, meredam tensi, dan merangkai kompromi lintas kepentingan.
Di tengah atmosfer politik yang cenderung mencari figur-figur sorotan, Haidar Alwi mengingatkan bahwa dalam sistem yang stabil, bukan suara yang paling keras yang menentukan arah, melainkan suara yang paling terukur.
*Politik Senyap, Eksekusi Efektif.*
Bagi Haidar Alwi, Sufmi Dasco Ahmad adalah cermin dari politik teknokratik yang menolak gimik tapi mengutamakan hasil. Ia tidak membangun narasi di media sosial, tidak mengisi ruang opini publik dengan provokasi, tapi justru konsisten mengisi ruang-ruang strategis pengambilan keputusan.
Contoh yang relevan adalah perannya dalam meredam ketegangan internal parlemen saat isu-isu sensitif seperti revisi UU dan dinamika aliansi politik mengancam kohesi nasional. Dalam kondisi semacam ini, Dasco lebih memilih melakukan diplomasi senyap: mengatur fraksi, menjembatani kepentingan partai, serta menjaga keberlangsungan agenda legislatif tanpa memantik kegaduhan.
Haidar Alwi menyebut kemampuan ini sebagai eksekusi politik tanpa panggung. Sebuah kualitas langka yang lebih mengandalkan ketenangan dan logika daripada retorika dan ambisi. Di tengah era politik yang banyak bertumpu pada branding personal, Dasco justru memperlihatkan kekuatan dari kepribadian struktural.
*Dasco dan Penataan Politik Rasional dalam Pemerintahan Prabowo.*
Dalam pemerintahan Prabowo Subianto yang mulai berjalan, Haidar Alwi menilai bahwa arah politik nasional memerlukan penataan yang rasional dan efektif, bukan sekadar perluasan kekuasaan. Di titik inilah peran sosok seperti Sufmi Dasco Ahmad menjadi relevan.
Ia tidak berada di barisan para pemburu jabatan, tetapi di balik meja koordinasi yang menentukan ke mana arah persekutuan politik bergerak. Haidar Alwi menilai, di tengah koalisi besar yang dibangun untuk menopang pemerintahan, kemampuan menjembatani ego politik akan jauh lebih dibutuhkan daripada sekadar jumlah kursi.
Salah satu bentuk diplomasi rasional yang pernah ditunjukkan Dasco adalah inisiatif pertemuannya dengan berbagai tokoh lintas partai, termasuk pertemuan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Bagi Haidar Alwi, langkah ini bukan sekadar basa-basi politik, melainkan bentuk nyata dari kemampuan mengatur suhu agar tetap stabil. Politik penjembatan seperti ini penting untuk merawat demokrasi yang sehat di tengah ancaman fragmentasi elite.

*Kepemimpinan dalam Diam: Stabilitas Di Atas Segalanya.*
Haidar Alwi menggarisbawahi bahwa tidak semua pemimpin harus lantang bicara di depan umum untuk memiliki pengaruh. Justru, banyak keputusan strategis yang hanya bisa disepakati dalam suasana yang tenang, dalam forum yang tidak direkam kamera, dan melalui mediator yang dipercaya semua pihak.
Di sinilah Dasco menunjukkan fungsinya sebagai political operator sejati. Ia bukan penjaga citra, melainkan penjaga ritme. Ia tidak menciptakan arus, tapi memastikan arus tidak meluap. Haidar Alwi menyebut peran semacam ini sebagai “penyeimbang nalar”, yakni kemampuan menjaga agar sistem tidak meluncur ke arah ekstremisme politik, baik kiri maupun kanan.
Terkait dinamika isu-isu yang muncul di parlemen, termasuk yang menyentuh tokoh-tokoh tinggi negara, Haidar Alwi menilai pentingnya ketegasan untuk memilah mana isu yang murni hukum, mana yang sekadar permainan politik. Di titik inilah, figur seperti Dasco dibutuhkan: bukan untuk menghakimi, tetapi untuk memastikan proses berjalan berdasarkan akal sehat dan konstitusi.
Haidar Alwi percaya bahwa arah politik rasional yang dibangun tanpa polarisasi hanya bisa tercapai jika pemerintahan Prabowo didukung oleh operator yang tenang namun visioner, seperti Dasco.
*Antara Panggung dan Mesin Politik.*
Haidar Alwi menyimpulkan bahwa demokrasi Indonesia tidak bisa hanya ditopang oleh tokoh-tokoh panggung. Dibutuhkan juga tokoh mesin, mereka yang tidak bersuara di permukaan, tapi menjaga semua tetap berjalan.
Dalam pemerintahan yang akan datang, Haidar Alwi berharap bahwa aktor-aktor senyap seperti Sufmi Dasco Ahmad mendapatkan ruang yang layak, bukan karena loyalitas politik, tapi karena kontribusi nyata terhadap stabilitas nasional.
*”Republik ini tidak dibangun oleh mereka yang paling banyak bicara, tetapi oleh mereka yang paling bisa menahan diri. Di tengah dunia yang bising, kita butuh penentu yang diam, tapi mengarahkan, dan itu ada pada diri Sufmi Dasco Achmad”,* pungkas Haidar Alwi.