LIRATV.ID – Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menyampaikan apresiasi penuh kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad atas penyelesaian tuntas polemik empat pulau antara Aceh dan Sumatera Utara. Keputusan strategis Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan Pulau Panjang, Lipan, Mangkir Gadang, dan Mangkir Ketek sebagai bagian dari Provinsi Aceh menunjukkan arah baru kepemimpinan nasional yang berani dan berpihak pada keadilan sejarah.
Menurut Haidar Alwi, penyelesaian ini bukan hanya soal administrasi wilayah, melainkan pemulihan integritas nasional di mata rakyat. “Ketika negara hadir membela kebenaran sejarah dan rasa keadilan masyarakat, maka bangsa ini sedang menegakkan marwahnya sendiri,” ujarnya.
*Prabowo Subianto: Tegas Menyatukan, Bukan Sekadar Menyelesaikan.*
Konferensi pers pada 17 Juni 2025 menjadi penanda bahwa negara hadir untuk menjaga keutuhan, bukan sekadar menengahi sengketa administratif. Presiden Prabowo Subianto mengambil alih dinamika empat pulau dan menyatakan sikap final berdasarkan peta sejarah, kajian teknis, dan suara masyarakat. Ini bukan keputusan reaktif, melainkan bagian dari strategi kebangsaan yang matang dan bertanggung jawab.
Haidar Alwi memuji langkah Presiden sebagai simbol keberanian moral dan kebijakan yang berdiri di atas fondasi konstitusi. “Prabowo menunjukkan bahwa seorang pemimpin tak boleh diam saat sejarah dilukai. Ia tidak hanya menandatangani keputusan, tapi mengembalikan harga diri wilayah yang telah lama menunggu kepastian,” ucap Haidar.
Dalam situasi politik nasional yang kerap terbelah oleh narasi sektoral, langkah ini menyejukkan dan mempersatukan. Ini membuktikan bahwa Prabowo tidak hanya kuat dalam retorika, tapi juga tangguh dalam keputusan yang menyatukan bangsa.
*Sufmi Dasco Ahmad: Penjaga Jembatan Politik yang Efektif.*
Haidar Alwi juga memberikan penghargaan atas peran Sufmi Dasco Ahmad yang tampil sebagai figur penting dalam menjaga komunikasi antara parlemen, Presiden, dan masyarakat. Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian Partai Gerindra, Dasco menjalankan diplomasi kebangsaan yang tidak mencolok namun sangat berdampak.
Saat gejolak meningkat di Aceh dan Sumatera Utara, Dasco memilih langkah konstitusional. Ia mendorong proses dialog lintas institusi dan memastikan semua aspirasi diteruskan secara utuh kepada Presiden. Dalam konferensi pers, ia menegaskan bahwa DPR telah menyerap masukan dari kedua provinsi dan berdiri mendukung keputusan Presiden secara penuh.
“Peran Pak Dasco tidak banyak disorot, tapi sangat menentukan. Ia menjaga jalur komunikasi tetap terbuka, menjaga tensi politik tetap rasional, dan memastikan hasilnya berpihak pada keadilan,” kata Haidar Alwi.
*Kepemimpinan Nasional yang Berdiri di Atas Prinsip, Bukan Transaksi.*
Haidar Alwi melihat keputusan ini sebagai refleksi dari model politik kenegaraan yang ideal: di mana keberanian diimbangi dengan kebijaksanaan, dan suara rakyat diterjemahkan menjadi kebijakan nyata. Menurutnya, penyelesaian ini memperlihatkan bahwa negara mampu mengelola konflik tanpa menekan, dan menyatukan tanpa mengabaikan dinamika lokal.
“Ini adalah konsensus, bukan kompromi transaksional. Ketika elite nasional memilih jalan kesepakatan yang bermartabat, kita sedang membangun ulang budaya politik yang sehat,” ujarnya.
Bagi Haidar Alwi, kasus empat pulau adalah cermin. Jika disikapi secara tepat seperti ini, maka banyak potensi konflik lain di daerah bisa diredam dengan cara beradab. Kuncinya adalah kepemimpinan yang tidak alergi mendengar, serta parlemen yang aktif membangun jembatan solusi.
*Jangan Biarkan Ini Berhenti di Atas Kertas.*
*Haidar Alwi memberikan tiga saran konkret agar hasil dari keputusan Presiden ini dapat berlanjut ke pembenahan struktural yang lebih luas:*
1. Segera bentuk Peraturan Presiden (Perpres) untuk memperkuat kepastian hukum atas keputusan ini, serta mengikat seluruh instansi dari pusat hingga daerah.
2. Fasilitasi forum kerja sama antara Aceh dan Sumut agar masa transisi wilayah berjalan damai, transparan, dan tidak menyisakan ketegangan sosial di lapangan.
3. Bangun basis edukasi sejarah dan geografi wilayah di daerah perbatasan, agar generasi muda tidak mudah terjebak dalam narasi keliru, provokasi politik, maupun konflik identitas.
*Prabowo Subianto dan Sufmi Dasco Ahmad* membuktikan bahwa politik bisa menjadi jembatan persatuan, bukan sumber perpecahan. Keputusan mereka tidak hanya menyelesaikan sengketa empat pulau, tapi mengajarkan cara baru dalam memimpin: mendengar dengan tulus, bertindak dengan tegas, dan menjaga marwah republik.
“Selama kita punya pemimpin yang berani mendengar dan tidak ragu mengambil keputusan benar, maka Indonesia akan tetap satu. Inilah teladan kepemimpinan yang layak diwariskan kepada generasi berikutnya, karena hanya dengan keberanian dan kejujuran, Indonesia akan tetap utuh dan bermartabat,” pungkas Haidar Alwi.