PAUS MENCUCI KAKI RAKYAT INDONESIA
Pendahuluan.
Paus adalah gelar uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik Roma di seluruh dunia. Paus memiliki kekuasaan yurisdiksi tertinggi atas Gereja Katolik dalam hal iman dan moral, serta dalam disiplin dan pemerintahan gereja. Paus juga merupakan kepala negara Negara Kota Vatikan, sebuah negara berdaulat yang seluruh wilayahnya berada di dalam Kota Roma, Italia. Paus memiliki tanggung jawab besar dalam mengajar (magistarium) dan menjaga ajaran-ajaran iman Katolik, serta memimpin komunitas umat Katolik yang tersebar di seluruh dunia. Paus juga dianggap sebagai simbol persatuan dan otoritas dalam Gereja Katolik. Paus memiliki peran sebagai pemimpin tertinggi dan penjaga ajaran iman, karena ia dianggap sebagai penerus Santo Petrus. Paus juga memiliki misi khusus sebagai penjaga moral dunia. Paus disebut dengan sebutan Paus (dari bahasa Yunani pappas, atau bahasa Italia papa, panggilan akrab seorang anak kecil terhadap ayahnya) karena otoritasnya yang superior dan karena dilaksanakan dengan cara yang paternal, mengikuti teladan Yesus Kristus.
Pemahaman.
“Yesus membasuh kaki muridnya – Jesus washed his disciples’ feet.” Paus meneladani Yesus Kristus Tuhan Rakyat Indonesia adalah Umat TUHAN. Paus sebagai Imam tertinggi umat Katolik memiliki tanggungjawab besar untuk melayani umat manusia tak terkecuali rakyat Indonesia sebagai bagian dari umat Tuhan.
“Paus Fransiskus Basuh dan Cium Kaki Imigran Muslim” Paus mencuci kaki rakyat Indonesia yang dicerminkan oleh lukisan menggambarkan semangat seorang hamba yang melayani Tuhan melayani manusia sebagai bagian dari umat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Maksud Tuhan Yesus membasuh kaki murid murid-nya menegaskan bahwa pembasuhan kaki menunjukkan tindakan nyata tentang penyucian. Dengan demikian pembasuhan kaki adalah teladan yang hendak menekankan sikap hati yang mau dengan kerelaan dan dengan rendah hati mau melayani orang lain sebagai hamba Tuhan.
Kesaksian kitab Injil Yohanes 13: 1-17, Ketika Yesus mengetahui saat-Nya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa, maka Ia menunjukkan kasih-Nya kepada para murid dengan membasuh kaki mereka. Bisa kita katakan ini adalah pelayanan Yesus di saat-saat terakhir di muka bumi, dan Ia memberi keteladanan kepada para murid-Nya dengan cara rela melakukan pekerjaan seorang pelayan/budak/hamba. Dengan rendah hati Yesus mengambil sehelai kain linen, mengikatkan pada pinggang-Nya, kemudian membasuh kaki para murid-Nya, serta menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya.
Tujuan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya yaitu supaya mereka mendapat bagian dalam Yesus. Hal ini dijelaskan dengan kalimat negatif, “… Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (8b). Lebih lanjut Yesus mengatakan pada ayat 10, “… Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. …”. Kata mandi di sini melambangkan baptisan kelahiran kembali (bnd. Yoh. 3:5; Tit. 3:5).
Bagian ini mendorong kita untuk meneladani Yesus. Tuhan Yesus sudah merendahkan diri kepada murid-murid-Nya, maka demikian pula kita harus saling rendah hati satu sama lain. Selain itu, milikilah juga hati yang taat dan takut akan Allah. Bandingkan apalah artinya menjadi murid Yesus, tetapi tidak pernah memiliki hati yang taat dan takut akan Allah, bahkan mengkhianati Yesus sebagaimana dilakukan Yudas. Bersyukur karena kita adalah orang-orang yang telah mandi, yaitu telah ditebus menjadi milik Kristus, menjadi ahli waris Kerajaan Sorga. Karena itu marilah kita bertekad mengikuti keteladanan Kristus. Mengevaluasi diri apakah masih ada kesombongan dan ketidaktaatan yang menguasai hati dan diri kita dalam menjalani hidup ini? Roh Kudus menolong setiap pribadi kita.
Dalam Alkitab, Yesus membasuh kaki murid-muridnya setelah perjamuan Paskah untuk mengajari mereka tentang saling melayani dan mengasihi. Pembasuhan kaki ini memiliki beberapa makna, antara lain: Teladan kerendahan hati, Yesus ingin menunjukkan bagaimana seharusnya melayani dengan kerendahan hati, bukan dengan mengejar kedudukan. Misi utama Yesus, Pembasuhan kaki menggambarkan misi utama Yesus, yaitu melayani umat manusia melalui kematian-Nya yang rendah hati di kayu salib. Penyucian, Pembasuhan kaki menunjukkan tindakan nyata tentang penyucian. Pembersihan hati, Upacara pembasuhan kaki diartikan sebagai simbol bahwa umat membersihkan hati dari segala yang jahat. Pembasuhan kaki juga dapat mendorong orang untuk mengupayakan kebahagiaan melalui melayani dan mengasihi sesama
“Pentingnya Yesus membasuh kaki para pengikutnya”
Selama Perjamuan Kudus di Yohanes 13 dinyatakan Yesus bangkit dari meja dan membasuh kaki murid-murid-Nya. Penting untuk menyadari sejauh mana apa yang terjadi pada saat ini: Tuhan sendiri dengan sukarela menempatkan diri-Nya dalam posisi kerendahan hati dan perbudakan yang ekstrem. Meskipun Dia adalah Tuhan mereka, Yesus mengambil tindakan yang rendah hati ini untuk menunjukkan dua poin utama. Pertama, tindakan membasuh kaki berfungsi sebagai gambaran misi utama Yesus: untuk melayani umat manusia melalui kematian-Nya yang rendah hati di kayu salib, kematian yang menyucikan kita dari segala dosa. Kedua, Yesus menginginkan demonstrasi kerendahan hati-Nya untuk menjadi contoh bagi murid-murid-Nya (dan siapa pun yang membaca bagian itu). Sama seperti Yesus, orang Kristen dipanggil untuk melayani orang-orang di sekitar kita dengan kerendahan hati, terutama jika seseorang memegang posisi kepemimpinan Kristen. Tindakan membasuh kaki berfungsi sebagai gambaran misi utama Yesus: si tukang Kayu melayani umat manusia melalui kematian-Nya yang rendah hati di kayu salib, kematian di Kayu Salib yang menyucikan kita dari segala dosa.
Arti membasuh kaki dalam budaya Yahudi, membasuh kaki dapat dilakukan karena sejumlah alasan. Hal itu sering kali dilakukan hanya demi kebersihan. Pada saat itu, orang-orang biasanya memakai sandal dan akibatnya, kaki sering kali menjadi bagian tubuh yang paling kotor. Lebih jauh lagi, membasuh kaki memiliki fungsi dalam situasi sosial dan keramah-tamahan, seperti mengunjungi atau menjamu orang lain. Selain itu, Perjanjian Lama memberikan contoh-contoh kejadian di mana membasuh kaki memiliki arti penting dalam upacara atau pelayanan keagamaan, seperti ketika imam akan menyelesaikan tugasnya di kemah suci (Keluaran 30:17-21). Akan tetapi, dalam keadaan seperti ini, orang tersebut biasanya akan membasuh kakinya sendiri. Mengingat kaki dianggap sebagai bagian tubuh yang kotor, belum lagi sikap rendah hati yang harus diambil seseorang untuk membasuh kaki orang lain, arti penting yang jelas dari membasuh kaki terletak pada kerendahan hatinya. Kerendahan hati ini tercermin dalam pelayanan Yohanes Pembaptis dalam bab pembukaan Injil Yohanes. Berbicara tentang Yesus, Sang Mesias yang akan datang setelahnya, Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa ia tidak layak bahkan untuk melepaskan sandal-Nya (Yohanes 1:27). Maka tidak mengherankan ketika Yesus hendak membasuh kaki murid-murid-Nya, Petrus, dalam keterkejutan dan kebingungan, bereaksi dengan bertanya: “Tuhan, Engkau membasuh kakiku?” (Yohanes 13:6)
Di dunia, otoritas dan kepemimpinan mengambil bentuk memerintah dan mendominasi orang lain. Sebaliknya, otoritas dan kepemimpinan Kerajaan Allah mengharuskan seseorang untuk merendahkan diri dan melayani orang lain.
Dengan membasuh kaki para murid, Yesus membuat pernyataan yang menyentuh tentang tujuan dan misi-Nya di Bumi, dan sikap rendah hati yang Ia ingin para murid-Nya meneladani. Khususnya, pesan tentang kerendahan hati yang radikal dan pelayanan ini bukanlah sebuah insiden yang terisolasi di antara ajaran-ajaran Yesus. Injil Matius menceritakan sebuah dialog antara Yesus dan ibu dari anak-anak Zebedeus. Ia meminta agar Yesus meninggikan kedua putranya sehingga mereka akan duduk di sebelah kiri dan kanan-Nya pada kedatangan Kerajaan-Nya. Merujuk pada penyaliban-Nya yang akan datang, Yesus menjawab dengan bertanya kepada mereka apakah mereka “dapat meminum cawan yang akan Aku minum?” (Mat. 20:28). Ia melanjutkan dengan mencatat perbedaan penting antara otoritas di dunia dan otoritas di Kerajaan Allah:
Tanggapan dan Saran.
Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan keras dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Matius 20:25-28, menyarankan pertemuan ini menyoroti alasan di balik keinginan Yesus untuk membasuh kaki para pengikut-Nya. Di dunia, otoritas dan kepemimpinan mengambil bentuk memerintah dan mendominasi orang lain. Sebaliknya, otoritas dan kepemimpinan Kerajaan mengharuskan seseorang untuk merendahkan diri dan melayani orang lain. Hal ini berlaku bahkan bagi Yesus, Tuhan sendiri yang berinkarnasi, yang bersedia melayani para pengikut-Nya dengan membasuh kaki mereka, bahkan kaki Yudas, yang Yesus tahu akan mengkhianati-Nya. (Yohanes 13:2-3) Sama seperti Yesus (Tuhan Sendiri) yang rela merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia, melayani dengan membasuh kaki para pengikut-Nya, dan mati di kayu salib demi umat manusia, kita sebagai pengikut-Nya harus mengesampingkan ambisi dan keinginan kita yang egois, serta mengupayakan kemanfaatan bagi orang lain.
Perihal penerapannya Seperti Apa Kepemimpinan Kristen. Dengan membasuh kaki para murid, Yesus tidak hanya menyoroti tujuan kedatangan-Nya, tetapi juga berusaha untuk memberikan contoh bagi orang Kristen untuk diikuti. Setelah membasuh kaki mereka, Yesus mengajar mereka, dengan mengatakan: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib membasuh kaki orang lain; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga melakukan sama seperti yang telah Kulakukan kepadamu.” (Yohanes 13:14-15) Yesus menjelaskan bahwa ini adalah sikap rendah hati yang harus diadopsi oleh mereka yang mengikuti-Nya ketika mereka berinteraksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang Kristen-terutama para pemimpin Kristen-harus mengesampingkan ambisi yang egois dan melayani komunitas mereka. Paulus mencerminkan pemikiran ini dalam suratnya kepada jemaat Filipi, dengan mengimbau mereka untuk hidup dengan rendah hati dengan menggunakan contoh inkarnasi dan kematian Yesus:
Jangan melakukan apa pun karena kepentingan diri sendiri atau kesombongan. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati menganggap orang lain lebih utama dari dirimu. Jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, yaitu sampai mati di kayu salib.
Penutup.
Kesaksian Firman Tuhan di kitab Filipi 2:3-8, Sama seperti Yesus (Tuhan Sendiri) yang rela merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia, melayani dengan membasuh kaki para pengikut-Nya, dan mati di kayu salib demi umat manusia, kita sebagai pengikut-Nya perlu mengesampingkan ambisi dan keinginan kita yang egois serta mencari manfaat bagi orang lain “Aji Mumpung”. Panggilan seorang pemimpin Kristen tidak seperti kepemimpinan dunia. Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang melayani. Tantangan bagi rakyat Indonesia nitizen Indonesia setelah dibasuh kakinya harus mampu merendahkan hatinya melayani Tuhan melayani Negara melayani masyarakatnya untuk Indonesia Jaya Indonesia Raya. TUHAN YESUS KRISTUS MEMBERKATI… AMEN.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompas.com
2. https://news.detik.com/internasional/d-3173408/paus-fransiskus-basuh-dan-cium-kaki-imigran-muslim.
3. https://apps.detik.com/detik/
4. SINDOnews.com pada Sabtu, 20 April 2019
5. https://id.wikipedia.org>wiki>Paus
Jakarta, 20 Agustus 2024.
LUSHAK ANDREWS M. BUTAR BUTAR