Foto : Banteng,(Ilustrasi/Dok.Google,Ist)
Tajuk Opini
oleh:Putra Darus Pengamat Pemilu
Jakarta, LIRATV – Sebagian pengamat partisan mengatakan Kontestasi Pemilu 2024 ini sudah usai, bahkan jauh sebelum hasil Quik Count (QC) di umumkan, situasinya saat ini.
Justru sebaliknya, Pileg sudah hampir selesai dan dipastikan PDI Perjuangan tetap sebagai Juaranya, sedangkan untuk pertarungan Pilpres ini belum selesai, ini baru awal dimulai perang sesungguhnya, di geser mekanisme KPU dan MK melalui mekanisme Hak Angket di gedung terhormat Wakil Rakyat Senayan.
Inisiator hak angket ini, mulai di gaungkan oleh Ganjar Pranowo Capres 03, di kediamannya Semarang Jateng, lalu dibenarkan oleh Politisi senior PDI Perjuang Arya Bima, Gayungpun bersambut. Hak Angket kecurangan pemilu disambut baik oleh Capres TIMNAS. Anis Baswedan beserta koalisi partai pendukung, PKB dan PKS bahkan menurut sumber yang layak dipercaya, Surya Paloh sendiri sudah menyampaikan wacana ini langsung saat bertemu Jokowi di Istana Merdeka.
Hampir 10 tahun sudah “perang udara” antara, buzzer kampret vs buzzer cebong berakhir, sekarang 2024 sudah usai, nyaris tidak terdengar, itu yang selalu dirisaukan oleh ketua DPP Nasdem Surya Paloh dalam beberapa kesempatan.
Perkawinan silang antara kampret dan cebong kini telah melahirkan generasi politik “NEW ORBA”. Dimana pihak yang di dukung elit lingkaran kekuasaan, saat ini sedang merayakan pesta kemenangan semu dengan berpestapora hasil lembaga (QC) .
Di saat bersamaan, teriakan para ahli IT atas amburadulnya SIREKAP KPU yang down dihari pertama Pilpres, serta di susul bayaknya kesalahan pengimputan data hasil Pilpres, KPU sudah meminta maaf, namun begitu permintaan maaf itu tidak bisa diterima begitu saja dengan anggaran yang cukup besar Rp 71 triliun. Di tambah pemandangan pedih rakyat, yang saat ini sedang mengantri panjang untuk dapatkan beras 5 kg dengan harga murah.
Situasi saat ini sepertinya akan mengulang kemenangan Soeharto pada pemilu 1997 lalu pada 10 bulan setelah itu, tepatnya bulan Mei 98 pesta kemenangan itu pun bubar, kebenaran akan mencari jalanya sendiri, Soeharto pun terjungkal dari kekuasaannya selama 32 tahun, dengan tidak di legitimasi pemilu di era Soeharto yang penuh mobilisasi aparatur PNS untuk kecurangan.
Koalisi Prabowo Gibran memenangi (QC) hampir 56 %. Sementara, PDIP yang menjadi pemenang Pemilihan Legistatif (PilLeg) akan tetap menguasai parlemen, berdasarkan data real count (KPU) tercatat meraih suara tertinggi untuk(Pileg) dengan raihan 11.594.669 suara atau 16,90 persen.
Fix, PDI Perjuangan sudah memberi sinyal tegas akan kembali kepada khitohnya sebagai oposisi, tentunya sebelum incumbent (Jokowi) dan Prabowo berhasil memperbaiki hubungannya dengan Ibu Megawati sang ketua Umum.
Upaya itu sudah pernah di lakukan, sebelum Pilpres, melalui Sri Sultan HB XI, bahkan setelah QC Pilres melalui mantan kader yang telah berkhianat Budiman Sudjatmiko, menyatakan harapannya untuk mengajak PDI Perjuangan bergabung ke 02, namun luka yang dalam telah membuat respon dari Ibu Megawati tegas, belum bersedia ditemui pihak lawan Jokowi mau pun Prabowo.
Kini masyarakat menanti harapan besar terciptanya, koalisi oposisi besar 01 dengan 03 menjadi 04 yang di tunggu-tunggu, pertarungan yang sangat seru di Gedung Parlemen Senayan. tentunya, antara pihak Kurawa , Sengkuni dengan para Pandawa sejati penjaga demokrasi dan konstitusi, siapakah yang akan terjungkal. (Red/Bar/Put)