JAKARTA – Tokoh dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Alif Iman menyampaikan pantun yang menyinggung soal penguasa sampai interpelasi di acara Panggung Rakyat bertema Bongkar yang dilaksanakan di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (9/12/2023).
Diketahui, Alif menjadi satu di antara tokoh yang ikut berorasi dalam acara Panggung Rakyat yang diinisiasi Aliansi Selamatkan Demokrasi Indonesia (ASDI).
Alif dalam orasi awal mengajak peserta acara yang mayoritas milenial untuk mengucapkan sumpah sembari merekam janji memakai ponsel masing-masing.
Sumpah rakyat Indonesia:
“Kami rakyat Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.”
“Kami rakyat Indonesia bersumpah berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.”
“Kami rakyat Indonesia bersumpah berbahasa satu, bahasa kebenaran.”
Alif dalam pidato kemudian memilih berpantun, karena beberapa tokoh sebelumnya sudah menyampaikan orasi, seperti aktivis HAM Usman Hamid dan pakar politik Ikrar Nusa Bhakti.
“Jadi, karena sudah banyak yang pidato, saya kira saya pantun saja. Enggak usah pakai cakep. Konsepnya enggak pakai cakep. Mari berpantun,” kata dia.
Dia kemudian memulai pantun dengan menyinggung soal seseorang bisa menjadi apa pun pada masa kini asalkan anak penguasa.
“Berakit-rakit ke hulu, berenang renang ke tepian.
Kalau penguasa itu bapakmu, jadi apa pun kesampaian”
Selanjutnya, dia menyampaikan pantun untuk mengingatkan para peserta tidak lupa dengan aktivis prodemokrasi yang masih hilang.
“Asam kandis asam gelugur, ketika asam si riang-riang.
Ingat, lah selalu mereka yang hilang dan hingga kini masih hilang.”
Dia dalam pantun kemudian menyinggung seorang presiden yang bisa diinterpelasi sampai korupsi yang membuat rakyat miskin.
“Layang-layang bertali besi, tanam selasih di dekat beringin.”
“Presiden mestinya diinterpelasi, tetapi DPR-nya masuk angin.”
Pantun selanjutnya menyinggung soal korupsi dan susahnya mencari kerja:
“Kalau tuan pergi ke hulu, petikan saya bunga seroja.
Karena tuan korupsi melulu, kami melarat tidak ada kerja”
Dia dalam pantunnya kemudian turut menyinggung sosok yang kurang ajar karena figur tersebut terus meminta lebih.
“Berburu ke padang datar, dapat rusa belang di kaki.
Bagaimana tidak kurang ajar, sudah dua kali tetapi minta lagi.”
Pantun menyinggung upaya pendukung Jokowi tiga periode juga disinggung dalam pantun Alif:
“Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi.
Minta tiga periode kita adang, kok, ya, sorong anak yang belum mandi.”