CIANJUR – Di hadapan ibu-ibu anggota majelis taklim, Siti Atikoh Supriyanti, Istri Calon presiden RI nomor urut 3 Ganjar Pranowo, menceritakan pengalaman hidupnya. Ia bercerita tentang keluarga, pentingnya arti berjuang dengan keikhlasan, hingga keikhlasan berserah pada Tuhan yang Maha Esa.
Hal itu disampaikan Atikoh ketika bersilaturahmi dengan para ibu anggota majelis taklim, dalam rangkaian safarinya ke Pondok Pesantren Gelar Peuteuycondong, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (4/12/2023).
Di hadapan jemaah yang mayoritas dihadiri oleh emak-emak ini, Atikoh awalnya menyinggung jika dalam keluarga, suami sedang mengalami kesulitan dalam hal apapun, seperti soal karir, maka tugas istri mendukung dengan cara mendoakan.
“Terkadang ya suami kok susah ya, kok susah ya kariernya, kok ada aja masalahnya, mungkin istrinya kurang ridha. Jadi misal keluarga ada masalah yok kita doa, doa untuk suami kita, untuk keluarga, lewat salat tahajud, lewat puasa, dzikir,” kata Atikoh.
“Karena pertolongan utama hanya dari Allah, kita cukup bersandar pada Allah, insyaallah nanti akan ada jalan dalam tiap persoalan,” sambungnya.
Atikoh mengaku dirinya sudah membuktikan dengan kekuatan doa, berserah kepada Tuhan, pertolongan pasti akan hadir. Ia lantas menceritakan masa sulitnya kala masih duduk di bangku perguruan tinggi, waktu itu harus menelan kenyataan pahit ditinggal oleh kedua orang tuanya yang meninggal dunia.
“Banyak yang melihat kondisi saya saat ini memang terlihat di atas dengan pernah menjadi istri mendampingi suami yang menjadi Gubernur dua periode. Tapi saya sudah banyak mengalami ketika dari kecil, ketika orang tua saya itu meninggal, jadi mungkin saya menceritakan sedikit ya biar orang tidak melihatnya di posisi sekarang. Kalau posisi sekarang ya suami pernah jadi Gubernur dua kali.”
“Tetapi ketika saya masih muda, ketika masih kuliah orang tua saya itu meninggal bu, dua-duanya. Saya belum kerja masih membutuhkan banyak biaya, belum ada di keluarga kami yang bekerja,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, ditinggal orang tua terutama sang ibu kala itu dirasakannya seperti dunia sedang runtuh. Akhirnya Atikoh memilih jalan untuk ikhlas berserah kepada Allah.
Tak berselang lama dari sang Ibu meninggal dunia, Kakak sulungnya dan sang Ayah ikut menyusul menghembuskan nafas terakhir. Tapi, Atikoh tetap berprasangka positif kepada Allah, pasti diberikan jalan dalam setiap ujian yang diberikan.
“Posisi itu kalau mau diceritain bahkan sampai sekarang, saya kadang iya iya kok kita dulu kuat. Bagimana memutar otak agar kita bisa tetep sekolah, sementara kita kehidupan perekonomiannya itu terpuruk. Jadi bagaimana kita bisa tetap berprasangka positif kepada yang Maha Kuasa. Karena kadang kok kami diberi cobaan seperti ini. Pernah nggak bu merasakan seperti itu? Pernah ya?,” ujarnya.
“Tetapi kalau kita ikhlas Insyaallah akan ada jalan, akan ada cara yang kadang kita tidak tahu akan seperti apa. Cara itu bisa hadir lewat teman. Bisa lewat tetangga, bisa lewat apapun, bahkan mungkin orang yang tidak kita kenal. Dan saya percaya hukum tabur tuai,” sambungnya.