TABANAN – Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri berdialog dengan para periset dengan tema ‘Riset dan Inovasi untuk Indonesia Raya’ di Gedung Serba Guna Nayaka, Kabupaten Tabanan, Bali, Senin (7/8/2023).
Para periset memaparkan hasil kerja penelitiannya. Salah satu periset mengusulkan agar ada payung hukum kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) dalam mengembangkan hasil riset.
“Jadi nanti apapun hasil riset di suatu wilayah itu, langsung dimanfaatkan oleh daerah,” kata Komang, periset BRIN yang bermukim di Bali.
Selain Megawati, acara ini turut diikuti Wakil Ketua Dewan Pengarah BRIN Sri Mulyani dan Suharso Monoarfa, Anggota Dewan Pengarah BRIN Prof. Emil Salim dan Bambang Kesowo. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Wakilnya Laksamana Madya (Laksdya) Amarulla Octavian, Gubernur Bali I Wayan Koster, turut hadir bersama 127 peneliti BRIN dari berbagai daerah.
Komang menceritakan pengalaman melakukan penelitian di kawasan Karangasem. Dimana, Komang harus menemui Bupati Karangasem I Gede Dana untuk meminta dukungan untuk mengembangkan riset di kawasan itu. Sebab, dia menilai banyak potensi tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak ekonomi masyarakat.
Peneliti yang telah berkecimpung di bidang pertanian selama 39 tahun ini pun tengah meneliti dan mengembangan bunga Edelweiss sebagai maskot Kota Karangasem.
“Bunga Edelweiss, bunga kasna kalau di Bali, yang hanya tumbuh di kaki Gunung Agung, nah itu akan dijadikan maskotnya Karangasem,” kata Komang di hadapan Megawati.
Komang juga menyebut, kini pihaknya tengah melakukan penelitian bawang putih namun berwarna merah. Menurut Komang, bawang putih berwarna merah ini punya khasiat bagi kesehatan.
“Bukan karena PDIP ini merah, tetapi itu disebutnya begitu itu hanya ada di kaki Gunung Agung. Ini bisa kalau Pak Koster masuk angin, makan itu, menjadi sehat,” sambung dia.
Komang juga menceritakan soal potensi lain yang ada di Karangasem. Mulai dari jagung serayu, kacang hingga kapas yang akan cocok di daerah Karangasem yang kering. Bicara pengembangan kapas, menurutnya punya daya ekonomi yang besar jika digarap secara serius.
“Nanti kita kembangkan kapas di sana sebagai bahan pakaian, juga Peruri untuk kertas uang itu dari kapas. Sehingga sudah mulai langka nanti akan ditanam di Karangasem untuk meningkatkan pendapatan orang-orang miskin di situ,” jelas dia.
Tak hanya itu, Komang juga menilai bahwa kampung halaman Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri di Buleleng memiliki varitas tanaman buah lokal yang punya daya ekonomi besar.
Bahkan, dia menyebut telah menemukan 10 tanaman asli Buleleng yang punya potensi untuk dikembangkan, salah satunya buah durian.
“Saya laporkan ini tidak pakai biaya BRIN, pakai swadaya di Buleleng, di kampungnya Ibu Presiden ini, Buleleng, sangat kaya sekali, sumber daya genetik tanaman lokal,” ucap Komang.
“Nah saya sudah menemukan tahun ini saja 10 tanaman lokal, ada durian yang unggul sekali, lebih unggul dari durian musangking, sudah ketemu di situ, kita daftarkan itu,” jelas dia.
Karena begitu besarnya potensi itulah, menurut dia, sebaiknya payung hukum yang memastikan hasil riset dimanfaatkan langsung oleh daerah, bisa dibuat.
Sementara, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa provinsi Bali memiliki BRIDA yang terlengkap di Indonesia.
Dia pun mengingatkan bahwa BRIDA bukan menjadi lembaga riset, tetapi mediator antara Pemerintah Daerah dengan BRIN dalam melakukan penelitian di daerah tersebut.
“Nanti BRIN yang akan bekerja sama dengan kampus-kampus menjawab problem di daerah,” kata Handoko.