Menggagas Model Pembelajaran Membaca untuk Milenial

Oleh : Dr.Yaredi Waruwu, S.S.,M.S. Universitas Nias-Indonesia

Tajuk Opini


LIRATV – Dunia pendidikan terus memetakan kembali pondasi pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan tantangan zaman. Setiap zaman tentu memiliki karakteristik berbeda dengan kebutuhan yang akan dilalui.

Hal inilah menjadi dasar untuk pemangku kepentingan, pengembang kurikulum pendidik, praktisi pendidikan, dan profesi untuk melakukan reformasi kebijakan dengan mentrasformasi literasi digital dan transformasi budaya akademik.

Kebijakan Medeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kebijakan MBKM ini termasuk kebijakan pemerintah sebagai pemangku kepentingan yang bermuara pada kebebasan peserta didik untuk menemukan sesuatu dari hasil belajarnya yang dimanisfestasikan dalam pengalaman belajarnya.

Tujuan kebijakan ini tentunya untuk meningkatkan kualitas secara berkelanjutan (sustainable) yang dijalankan secara sistemik untuk memenuhi kebutuhan stakeholders.

Pencapaian ini membutuhkan sebuah manajemen yang efektif agar tujuan tersebut tidak mengecewakan bagi para pelanggan atau masyarakat. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mengambil peran aktif mewujudkan keinginan stakeholders.

Kebijakan ini dapat diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultur, sosial ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografis.

Peningkatan mutu merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan pada tataran lembaga pendidikan.

Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non-formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005). Kampus dan masyarakat sangat jelas diberi otoritas untuk mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan.

Heterogenitas kebutuhan peserta didik dalam belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya, dan ditambah harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak kepada keharusan bagi setiap individu terutama pimpinan kelompok harus mampu merespon dan mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam proses pengambilan keputusan.

Ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka acuan (framework) dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat terutama yang memiliki kepedulian kepada pendidikan. Kampus berada di bagian terdepan dari proses pendidikan dalam proses pembuatan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan. Sementara, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai pendukung dalam hal menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.

Suplemen dalam Pembelajaran Membaca

Salah satu mata pelajaran yang perlu dikuasai oleh peserta didik dalam belajar adalah keterampilan membaca. Tujuan pembelajaran membaca bagi peserta didik secara umum adalah untuk mengembangkan kreativitas peserta didik untuk membangun makna dari informasi yang tertuang dalam sebuah teks bacaan. Untuk mencapai itu, pendidik hendaknya mengelaborasikan kemampuan berpikir peserta didik dengan materi yang disampaikan dalam perkuliahan membaca. Peserta didik diharapkan mampu memahami makna secara utuh dari teks dengan membedakan literasi, referensi, dan berpikir kritis (Liu, 2010).

Kemampuan literasi peserta didik sangat diperlukan untuk memahami makna yang terkandung dalam sebuah teks.
Pembelajaran membaca berfokus pada kegiatan menggali pesan-pesan tertulis dalam sebuah teks bacaan.

Peserta didik diharapkan agar mampu memahami makna yang tertulis maupun tidak tertulis dalam sebuah teks bacaan. Jika dikaitkan dengan kurikulum merdeka belajar, pembelajaran membaca harus mengarah pada kemampuan peserta didik bepikir tingkat tinggi yang terdiri atas analisis, evaluasi, dan kreasi. Artinya, pada tingkat perguruan tinggi, pembelajaran membaca lebih mengarah pada latihan membaca dengan cara menganalisis, mengevaluasi, dan mengembangkan kreasi mahasiswa. Hal inilah perlu adanya keselarasan antara latihan peserta didik dengan kegiatan belajar.

Di sisi lain, pembelajaran membaca juga proses sentral untuk memahami apa yang ingin diungkapkan oleh penulis secara tertulis kepada pembaca. Proses membangun makna dari gabungan latar belakang pengetahuan pembaca dengan informasi dari teks itu, sehingga menghasilkan sebuah makna.

Untuk mencapai proses membangun makna itu, diperlukan strategi untuk mengumpulkan informasi dan menghasilkan makna teks oleh pembaca.

Strategi yang digunakan oleh pembaca tergantung pada tujuan pembaca memahami bacaan tersebut. Strategi yang dilakukan dimulai dari mengenali jenis teks, memahami beberapa jenis struktur teks, menformulasikan dan meringkas isi dari sebuah teks atau bacaan, menggali informasi yang termuat dalam teks secara tersirat untuk dijadikan sebagai rujukan, memaknai kata-kata sesuai dengan konteks, dan menganalisis kata-kata secara morfologis.

Permasalahan yang sering ditemukan dalam pembelajaran membaca ini adalah rendahnya kemampuan peserta didik memaknai teks/bacaan ditandai kurang berkembangnya kreasi peserta didik. Kurang mampu memahami istilah-istilah yang terdapat dalam teks, karena diakibatkan perbendaharaan istilah minim.

Ini dilatarbelakangi buku-buku teks membaca yang dibaca selama ini terlalu teoretis, membuat peserta didik hanya mengetahui secara teorinya, bukan secara praktis. Hal inilah membuktikan bahwa perlu ada sebuah model pembelajaran membaca yang mampu meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memaknai sebuah teks/bacaan.
Jika tidak segera dicari solusinya tentu dikhawatirkan akan mengakibatkan peserta didik kurang mampu berpikir tingkat tinggi dalam memahami sebuah teks. Peserta didik tidak hanya sekadar mampu membaca saja, melainkan memberi dampak positif pada pengembangan kreasi ditandai dengan lahirnya tulisan-tulisan mahasiswa hasil dari analisis bacaan tersebut.

Dalam hal ini, penulis menawarkan sebuah model pembelajaran membaca dengan pendekatan quantum learning yang didesain sesuai kebutuhan peserta didik. Alasannya adalah pendekatan quantum learning sangat tepat mengajak peserta didik belajar dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan tanpa paksaan, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman baru dalam belajarnya.

Keterlibatan peserta didik dengan lingkungan belajarnya menghasilkan lingkungan belajar yang menyenangkan yang pada akhirnya tercipta interaksi belajar di dalamnya. Keterlibatan peserta didik dengan teks bacaan membuat peserta didik mampu memprediksi isi bacaan dan membuktikannya. Model ini menekankan belajar yang meriah dengan berbagai nuansanya yang dilakukan berinteraksi dengan memaksimalkan momen belajar secara dinamis di dalam kelas.

Penerapan Model Membaca
Prinsip model ini merujuk pendapat DePorter,2014.dilakukan dengan tahapan tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi, dan rayakan (TANDUR).Tumbuhkan disini berarti menumbukan minat belajar peserta didik. Dosen berperan sebagai motivator peserta didik dalam belajar dengan memberi manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Alami di sini artinya peserta didik mengalami secara alamiah dalam belajar yang memperoleh pengalaman baru.

Pendidik membimbing peserta didik untuk menemukan konsep yang dipelajari peserta didik. Namai di sini dilakukan oleh pendidik dengan membagi konsep dan strategi dalam belajar. Kemudian, peserta didik melakukan diskusi untuk memperoleh masukan dalam memahami materi yang dipelajari.

Demonstrasikan dilakukan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang dialami dan diperoleh peserta didik secara alamiah. Dengan mendemonstrasikan, peserta didik memiliki kesan posistif sebagai pengalaman berharga. Ulangi di sini tujuannya adalah untuk mengulang kembali materi yang telah dipelajari agar peserta didik menguasai kembali materi yang dipelarinya. Terakhir, rayakan di sini diartikan sebagai legitimasi (pengakuan) peserta didik lain terhadap hasil demonstrasi yang disampaikan berupa tepuk tangan.

Intinya, model ini lebih menekankan keaktifan peserta didik untuk menemukan sendiri isi bacaan yang dibaca. Pembelajaran mengaitkan materi yang diajarkan dengan peristiwa dalam realitas, peserta didik diajak berpikir secara akademis dengan membawa mereka ke dunia nyata dengan memberi pemahaman mengenai relasi materi dengan dunia nyata. Keterlibatan peserta didik secara intelektual dan mendorong untuk merumuskan pertanyaan atau hipotesis, memproses, dan mengevaluasi.

Dengan pendekatan quantum learning, pembelajaran membaca diyakini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami makna yang terkandung dalam sebuah teks bacaan. Peserta didik diberi kebebasan untuk menemukan pengalaman belajarnya lewat interaksi sesama dengan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom, level tertinggi dalam belajar adalah kreasi. Peserta didik mampu berkreasi setelah melakukan evaluasi apa yang dipelajarinya dengan mengembangkannya sesuai pengalaman belajarnya.

Pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan mengembangkan keterampilan kognitif peserta didik yang ditandai dengan adanya perubahan mental peserta didik. Membaca secara kritis teks-teks bacaan yang telah disediakan. Membaca dengan menganalisis dan menggeneralisasi gagasan utama dalam teks.

Peserta didik dapat mengikuti enam keterampilan dalam menerapkan membaca yang terdiri atas keterampilan interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi, eksplanasi, dan regulasi diri.

Simpulan Model yang ditawarkan ini dapat memberi khazanah keilmuan dalam pembelajaran membaca pada jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Model ini dapat diterapkan dengan memodifikasi capaian pembelajaran dengan teknik yang bervariasi dalam pembelajaran.

Membaca melibatkan keterampilan khusus, pengetahuan dan kewajaran. Dengan menganalisis dan menggeneralisasi keterampilan dalam proses membaca, keterampilan dan metode ini dapat ditransfer dengan mudah kepada pembaca yang kesulitan. Semoga tulisan ini dapat memberi ‘pembaruan’ dalam pembelajaran membaca, semoga bermanfaat dan Salam Holistik.

Oleh : Dr. Yaredi Waruwu

Mau punya Media Online sendiri?
Tapi gak tau cara buatnya?
Humm, tenang , ada Ar Media Kreatif , 
Jasa pembuatan website berita (media online)
Sejak tahun 2018, sudah ratusan Media Online 
yang dibuat tersebar diberbagai daerah seluruh Indonesia.
Info dan Konsultasi - Kontak 
@Website ini adalah klien Ar Media Kreatif disupport 
dan didukung penuh oleh Ar Media Kreatif

banner 728x90