Foto:Relawan Rido Bersama Ridwan Kamil,Ist
Tajuk Opini !!
Jakarta, LIRATV – Pilkada Jakarta 2024 memang sudah selesai, tetapi drama politik dari kubu pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) masih berlanjut. Setelah mengalami kekalahan dengan perolehan 39,40% suara, tim sukses RIDO tampaknya kesulitan menerima kenyataan.
Rencana gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) kini menjadi fokus mereka, meski langkah tersebut penuh kontroversi dan kritik. Lebih dari itu, beberapa pernyataan dari tim RIDO, terutama terkait isu penistaan Nabi oleh Suswono, menjadi perhatian publik.
Fakta: Pernyataan Kontroversial Suswono
Dalam salah satu pidatonya, Suswono memberikan analogi tentang Siti Khadijah sebagai “janda kaya” yang membantu perjuangan Nabi Muhammad. Namun, bagian ini menjadi viral setelah sebagian publik merasa Suswono salah memilih kata, sehingga menimbulkan persepsi negatif.
Timses RIDO kemudian berusaha meredam kontroversi dengan menjelaskan bahwa Suswono tidak berniat melecehkan Nabi. Menurut Ketua DPW Syarikat Islam DKI Jakarta, analogi tersebut diambil untuk menginspirasi masyarakat agar saling membantu. Sayangnya, pernyataan ini tidak sepenuhnya meyakinkan publik. Mengingat sensitivitas topik agama di Indonesia, para pemimpin politik harus lebih berhati-hati agar tidak menimbulkan kontroversi.
Namun, kritik yang muncul bukan hanya soal isi pidatonya, tetapi juga soal reaksi lambat kubu RIDO terhadap isu ini. Ketika pihak lain melaporkan Suswono atas dugaan penistaan agama, kubu RIDO justru lebih sibuk menyalahkan pihak pelapor daripada fokus memperbaiki narasi publik mereka.
David Darmawan: Pitung Zaman Now yang Bangkit Melawan Kebodohan
Di sisi lain, figur seperti David Darmawan—dijuluki Pitung Zaman Now—muncul sebagai simbol perlawanan terhadap kebodohan dan kemiskinan ilmu. Sebagai seorang aktivis yang aktif membagikan pendidikan dan pengetahuan kepada masyarakat, David mengingatkan kita pada sosok Pitung, pahlawan rakyat Betawi.
David tidak hanya berjuang untuk keadilan ekonomi, tetapi juga berperan penting dalam melawan narasi sesat yang kerap muncul di ruang publik.
Keberanian David untuk melawan kebodohan di tengah masyarakat yang semakin terpolarisasi menjadikannya ikon modern yang relevan dengan semangat zaman.
Ketika Nabi Muhammad disebut-sebut dalam konteks yang tidak pantas, David adalah salah satu yang vokal membela kehormatan agama dan budaya. Ironisnya, beberapa tokoh yang mengaku Betawi justru memilih diam, lebih sibuk dengan kepentingan duniawi mereka. Sikap ini menjadi sorotan, terutama dari mereka yang berharap bahwa nilai-nilai luhur Betawi tetap dijaga.
Rendahnya Partisipasi Pemilih: Data vs Narasi
Timses RIDO mengklaim rendahnya partisipasi pemilih sebagai salah satu alasan utama mereka menggugat hasil Pilkada ke MK. Namun, mari kita lihat data:
• Total pemilih yang menggunakan hak pilih: 4.724.393 orang
• Surat suara sah: 4.360.629
• Surat suara tidak sah: 363.764
• Partisipasi pemilih: 53%
Meski partisipasi di Jakarta lebih rendah dari rata-rata nasional (68%), ini bukan pertama kalinya hal serupa terjadi. Dalam Pilkada sebelumnya, faktor cuaca buruk justru meningkatkan partisipasi. Kali ini, meski cuaca cerah, rendahnya antusiasme pemilih tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada penyelenggara. Banyak faktor yang memengaruhi, termasuk mungkin lemahnya daya tarik program RIDO.
Klaim bahwa banyak warga tidak mendapatkan undangan juga perlu dibuktikan secara konkret. Hingga kini, data resmi dari KPU tidak menunjukkan bukti adanya pengurangan sistematis terhadap akses pemilih. Justru, rendahnya partisipasi bisa menjadi refleksi atas kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap visi dan misi paslon tertentu.
Drama Menuju MK: Langkah Konstitusional atau Sekadar Panggung Politik?
Gugatan ke MK memang merupakan hak konstitusional setiap peserta pemilu. Namun, langkah ini seharusnya didasari bukti kuat, bukan sekadar spekulasi.
Hingga saat ini, tim hukum RIDO belum mempublikasikan bukti signifikan yang menunjukkan adanya kecurangan sistemik. Sebaliknya, sebagian besar klaim mereka masih berupa laporan tanpa verifikasi.
Dalam demokrasi, kalah dan menang adalah hal biasa. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, langkah paling bijak adalah introspeksi dan merancang strategi baru untuk masa depan. Sayangnya, RIDO tampaknya lebih fokus pada drama politik daripada solusi nyata bagi masyarakat Jakarta.
Pesan untuk Komedian Politik: Jadilah Pemimpin, Bukan Penghibur
Pilkada bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi juga ujian kedewasaan politik. Publik Jakarta, sebagai warga ibu kota, tentu berharap politisi dapat bersikap profesional. Namun, yang kita lihat dari kubu RIDO justru lebih menyerupai panggung komedi.
Ketika ada figur seperti David Darmawan yang berjuang dengan tulus untuk membela masyarakat dan agama, kita justru melihat sebagian tokoh yang mengaku pemimpin sibuk dengan narasi tidak relevan. Ironisnya, mereka lebih fokus membangun drama daripada membangun solusi.
Demokrasi akan terus berkembang jika diwarnai dengan gagasan dan tindakan yang konstruktif. Tetapi jika aktor politik terus bermain sandiwara, jangan salahkan rakyat jika mereka beralih dari pendukung menjadi penonton yang sekadar ingin tertawa.
Panggung politik adalah tempat para pemimpin sejati, bukan sekadar komedian yang mencari tepuk tangan. (Bar.S)