LAMPUNG – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem) Provinsi Lampung mengutuk keras pernyataan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Zaytun Panji Gumilang yang membawa-bawa nama Presiden Soekarno atau Bung Karno dalam membuat pernyataan kontroversial tentang Shalat Ied (Idul Fitri/Idul Adha, red).
Dalam Pernyataannya, pimpinan Pesantren Al-Zaytun (Panji Gumilang) menyebut jamaah perempuan boleh ada di depan saat shalat ied (Idul Fitri/Idul Adha) karena menyerap Mazhab (ajaran pemikiran, red) Bung Karno.
“Ini (pernyataan Panji Gumilang, red) jelas menyesatkan dan sangat merugikan kami sebagai anak ideologis Putra Sang Pajar Bung Karno,” ujar Ketua DPD Repdem Lampung Napoleon Oktober Bonaparte kepada awak media, Minggu (30/4/2023).
Napoleon menegaskan, pernyataan Panji Gumilang itu menyesatkan dan bisa saja membuat masyarakat awam berkesimpulan bahwa Bung Karno sesat, karena membolehkan perempuan ada di depan dalam shalat Ied.
“Karena ini tahun pemilu, maka masyarakat yang awam akan berkesimpulan Bung Karno sesat. Faktanya yang sesat adalah Panji Gumilang dengan mengedepankan pemahaman yang sangat keliru,” tegas Napoleon.
Atas dasar itulah, Napoleon selaku Ketua DPD Repdem Lampung akan segera melakukan tindakan hukum atas pernyataan secara sadar dari pimpinan ponpes AL-Zaytun yang disampaikan saat dihadapan perwakilan kantor depag Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada 28 April 2023 tersebut.
Napoleon mengatakan, Panji Gumilang seolah memahami buah pikir Putra Sang Pajar Bung Karno dari buku di Bawah Naungan Bendera Revolusi, dimana maha karya tersebut merupakan buah perenungan sang Proklamator dari tahun 1915-1927.
Sebagai anak idiologis Bung Karno, Napoleon merasa berkewajiban meluruskan kekeliruan dan pembelokan pemahaman tentang Bung Karno yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan politik, termasuk menjatuhkan PDI Perjuangan.
“Kami wajib menduga ada skenario untuk menjatuhkan PDI Perjuangan dari drama sholat Ied berjemaah yang menyimpang. Hal ini secara sadar dan sengaja dilakukan secara bersama oleh pengurus dan pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun tersebut,” papar Napoleon.
Atas nama pribadi, Napoleon mengutuk statement dari pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun dan meminta agar segera meralat ucapannya, juga mengakui kesalahannya.
“Jika tidak (meminta maaf dan meralat ucapannya itu, red) maka dengan tidak mengurangi rasa hormat dan demi persatuan, pernyataan Panji Gumilang tersebut harus bertanggung jawab dimata hukum,” tandas Napoleon.
Terkait buku di bawah bendera revolusi, Bung Karno memang menyatakan sangat menghormati kaum hawa, tapi bukan dengan cara yang salah, apalagi melanggar akidah agama yang ada.
Buku di bawah bendera revolusi itu sendiri banyak berisi tentang mirisnya Bung Karno melihat Asia yang di rampok hartanya oleh Eropa. Bahkan dalam buku tersebut, Bung Karno justru selalu melibatkan agama dan ketuhanan dalam bertatanegara.
“Jadi sangat jelas dan sengaja Panji Gumilang sedang menyesatkan masyarakat secara luas, untuk akhirnya tidak berempati kepada Bung Karno,” tegas Napoleon.
Ia pun mengajak masyarakat untuk sadar dan jangan terpengaruh oleh ucapan pimpinan Anji Gumilang. Sebab tindakan pimpinan Al Zaytun tlitu tidak mewakili buah pikiran Bung Karno.
“Bung Karno sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang ada di republik ini, dan itu dibuktikan dalam kehidupan Bung Karno juga, dimana beliau melahirkan sebuah buku Pandji Islam,” tandas Napoleon.
“Sekali lagi, masyarakat jangan terpengaruh oleh pernyataan dari Panji Gumilang,” tutup Napoleon.