[Foto: Istimewa]
Jakarta|LIRATV– Moammar Khadafi adalah pemimpin Yang Dicintai 90% Rakyatnya dan akhirnya hancur oleh 10% Pengkhianat! (Libya yang hancur oleh rakyatnya sendiri, padahal notabene Aqidahnya sama).
Hati-hati Indonesia sedang dan akan dibuat seperti Libya, Irak, Suriah dan Yaman.
Moammar Khadafi adalah Pemimpin yang pro akan rakyatnya, namun jadi korban propaganda kapitalis barat dan zionis.
“Baik atau buruk, Khadaffi hanyalah seorang Bedouin yang lahir dalam tenda. Ia membenci kemiskinan dan korup nya dunia Arab, yang didominasi dan dieksploitasi oleh AS, Perancis dan Inggris”
Ia juga merupakan pendukung Palestina, Nelson Mandela, Tentara Republik Irlandia dan separatis Basque.
Kini rakyat Libya menyesal telah menggulingkan Khadaffi. Libya telah hancur, Libya telah dalam genggaman barat AS NATO. Rakyat menjadi budak, yang menikmati adalah elit-elit yang rakus kekuasaan. Pilihan revolusi jauh dari harapan.
“Ketika kami berdemonstrasi menjatuhkan Khadaffi, kami bermimpi akan menikmati kekayaan negara ini. Sekarang kami menyesal”.
Kini kami di kelilingi oleh penjahat dan gembong yang haus perang , dan haus akan minyak. Kehidupan sangat susah, kemiskinan meningkat dan siang malam kami hidup dalam ketakutan.
Penyesalan selalu datang terlambat.
Nikmati lah sekarang hasil SARACEN orang yang haus akan kekuasaan dan minyak.
Belajarlah dari pengalaman dan belajalah dari sejarah
Cukup sudah Libya, Irak, Suriah dan beberapa negara di Timur Tengah yang hancur dan seluruh rakyat yang terlibat menghancurkan negaranya menyesal yang sudah terhasut propaganda barat fitnah hoax.
Indonesia tak boleh mengikuti jejak kehancuran akibat kebodohan dan kekonyolan dari libya.
Negara kita mempunyai pemimpin yang berani. Presiden Jokowi membuktikan itu semua kepada rakyat Indonesia.
Beberapa waktu yang lalu Indonesia kalah dalam gugatan Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel sejak awal 2020.
Namun presiden Jokowi tetap mempunyai pendirian kuat mengenai kebijakan larangan ekspor bijih nikel. Sekalipun, dinyatakan kalah dalam gugatan Uni Eropa di laporan panel Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Presiden Jokowi akan tetap melanjutkan pelarangan ekspor bijih nikel yang sudah diberlakukan sejak Januari 2020.
Menurut Presiden Jokowi, penghentian ekspor nikel menjadi semangat untuk memperbaiki tata kelola tambang di Tanah Air dibarengi upaya menghidupkan hilirisasi industri demi mendorong nilai tambah di dalam negeri.
Presiden Jokowi memahami larangan ekspor bahan mentah tambang dari Indonesia akan merugikan banyak negara lain yang selama ini terlena dengan kebijakan longgar atas sumber daya alam Indonesia.
Dalam hal nikel, Uni Eropa (UE) merasa tidak nyaman dengan larangan ekspor mineral logam itu karena dapat mengganggu pertumbuhan industri baja antikarat (stainless steel) di negara-negara anggota blok tersebut.
Nikel kerap disebut sebagai the mother of industry karena pengolahan jenis logam ini menghasilkan produk turunan ke banyak sektor yang dibutuhkan manusia seperti sendok, baterai, telepon genggam, hingga kendaraan.
Nikel juga diprediksi akan menjadi primadona seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku mineral logam itu untuk produksi baterai dan kendaraan listrik yang digadang-gadang sebagai salah satu industri masa depan.
Indonesia menguasai lebih dari 20 persen total ekspor nikel dunia. Indonesia juga menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa.
Presiden Jokowi berharap ketika kita ekspor nikel, kita ekspor ketika barang sudah setengah jadi atau sudah jadi. Agar Indonesia mempunyai nilai tambah ketika di ekspor.
“Oleh sebab, saya Haidar Alwi mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwasanya kita harus bangga kepada pemimpin kita. Pak Jokowi berusaha menyelamatkan aset bangsa yang selama ini sudah banyak terampas oleh negara barat,” ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Jumat(23/12/2022).
Jangan sampai Indonesia terprovokasi oleh pihak luar. Indonesia harus belajar peristiwa di Libya, ketika libya di tekan oleh pihak barat karena negara barat ingin menguasai minyak bumi, dan rakyat nya sampai terprovokasi hingga sekarang mereka sangat menyesal.
Indonesia tidak bisa di tekan oleh negara manapun. Kita negara kaya raya yang mampu berdiri di kaki sendiri. Rakyat harus bersatu padu untuk kemakmuran negeri ini.
“Jangan ada lagi istilah Kadrun, kampret, cebong atau apapun itu istilahnya yang mengarah kepada perpecahan. Kita pasti bisa membangun negara ini bersama sama dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk kemaslahatan bersama untuk kesejahteraan anak cucu kita di masa depan,” tandasnya menjelaskan. (Bar)
Terima kasih, salam Toleransi
Ir. R.Haidar Alwi, MT
Presiden
Haidar Alwi Care (HAC) Haidar Alwi Institute (HAI)
Tokoh Toleransi Indonesia